Pernahkah anda atau keluarga anda mengalami luka bakar? Lalu tindakan apa yang anda lakukan? Mengoleskan odol atau kecap? Bukan hanya pada peristiwa kebakaran, luka bakar dalam kehidupan rumah tangga biasa terjadi karena tersiram air panas atau minyak panas, terkena knalpot atau peralatan masak yang panas, tersetrum listrik, dan lain-lain. Menurut
data statistik, 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, dan
kebanyakan terjadi kesalahan pada penanganan awal luka bakar yang justru memperparah
luka bakar itu sendiri. Hal tersebut sering terjadi karena panik dan beredarnya
mitos-mitos yang salah di masyarakat mengenai penanganan luka bakar.
Catatan Dunia Medis
Selasa, 20 Agustus 2013
Minggu, 30 Juni 2013
Tahapan Penanganan Bibir Sumbing (Cleft Lip and Palate)
Di masyarakat, khususnya daerah pedesaan, masih banyak orang yang mengabaikan bibir sumbing. Bahkan ada yang memiliki anak atau kelarga dengan bibir sumbing yang dibiarkan begitu saja sampai dewasa tanpa pernah memeriksakannya ke dokter. Hal ini disebabkan karena masih banyak yang menganggap bibir sumbing suatu aib atau kutukan, dan juga kurangnya informasi tentang bibir sumbing yang mereka dapatkan. Cleft
Lip and Palate (CLP) merupakan suatu kelainan atau cacat bawaan dari lahir yang
berupa celah pada bibir, gusi dan langit-langit. Pada orang awam biasa disebut
bibir sumbing, walaupun terkadang celahnya bukan hanya pada bibir saja tetapi
juga didapatkan pada gusi dan langit-langit.
Kelainan
ini dapat terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang
mengakibatkan terganggunya proses tumbuh kembang janin. Ada beberapa faktor
yang diduga dapat mengakibatkan kelainan ini, antara lain adalah obat-obatan,
infeksi virus, truma, radiasi, kekurangan nutrisi serta stres pada masa
kehamilan. Selain itu faktor genetik atau keturunan juga dianggap memegang
peranan penting.
Kamis, 04 April 2013
Sejarah Bedah Plastik
Sejarah
Bedah Plastik di Dunia
Kata plastik berasal dari bahasa yunani “Plasticos” yang
artinya “to mold” atau “membentuk”. Jadi bedah plastik merupakan ranah disiplin
kedokteran bedah yang memanfaatkan potensi sifat-sifat fleksibiitas jaringan (1)
untuk tujuan memperbaiki kecacatan fisik dan fungsi anggota tubuh
(rekonstruksi), (2) dan untuk tujuan menyempurnakan bentuk anggota tubuh yang
secara fisik normal dan sehat menjadi lebih indah (estetik).
Bedah plastik sudah dikenal sejak ±800 SM di India yang
telah mulai merekonstruksi hidung dan telinga yang rusak. Metode itu dibuat
oleh seorang ahli bedah, yang dikenal sebagai bapak operasi bedah India,
Sushruta. Dia memakai cheek tisue untuk “menambal” nasal tips dan daun telinga.
Selain itu di Persia, seorang dokter terkenal bernama
Rhazes memperkenalkan pemakaian usus hewan untuk ligatures pada ±900M. Tetapi
sebenarnya ha itu sudah pernah dipakai sebelumnya oleh bangsa Roma bernama
Celcus, bukan dokter, yang berbicara tentang rekonstruksi di 8 buku tulisannya.
Karya-karya medis Sushruta dalam bahasa Sansekerta banyak
diterjemahkan dalam bahasa Arab yang akhirnya menyebar ke Eropa melalui
pedagang-pedagang Arab. Pada abad ke-15 di Eropa, seorang bangsa Italia bernama
Tagliacozzi dari Bologna, memakai flab dari lengan untuk merekonstruksi hidung
dan ditulis pada text book pertamanya “De Curtorum Chirurgia” pada tahun 1597.
Dia disebut sebagai bapak bedah rekonstruksi modern. Tagliacozzi ditentang oleh
greja dan dihukum karena dianggap mencampuri takdir Tuhan.
Pada tahun 1668 Van Meekren merekonstruksi defek
tengkorak seorang tentara dengan tengkorak anjing. Tokoh bedah plastik yunani
Von Graeve menulis Rhinoplastik pada tahun 1818. Dan Zeis menerbitkan “Handbuch der Plastichen
Chirurgia” pada tahun 1838.
Dengan berkembangnya ilmu anestesi pada abad 19-20, maka
berkembang pula ilmu bedah plastik, karena dapat melakukan operasi tanpa
menimbulkan rasa sakit yang hebat.Ilmu bedah plastik masih terus berkembang
sampai saat ini.
Sejarah
Bedah Plastik di Indonesia
Bedah plastik di Indonesia diprakarsai oleh Profesor Moenadjat
Wiratmadja. Setelah lulus sebagai dokter spesialis bedah di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia tahun 1958, beliau melanjutkan studinya sebagai dokter bedah
plastik di Woshington University di Amerika Serikat sampai tahun 1959. Setelah
kembali ke Indonesia, beliau mulai mendedikasikan pengetahuaanya untuk
pelayanan bedah plastik dan pendidikan bagi mahasiswa kedoktean dan peserta
pelatihan bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS Cipto
Mangunkusumo. Beliau dinobatkan sebagai profesor pada tahun 1979 dan meninggal
pada tahun 1980.
Sejarah
Bedah Plastik di Surabaya
Prof. Dr.
Djohansjah Marzoeki, dr., Sp.BP(K) adalah perintis yang membangun dan
mengembangkan Bedah Plastik ini di Surabaya dan Indonesia. Pada tahun 1970
bedah plastik belum begitudikenal di Surabaya, belum ada sub spesialisnya, dan
belum jelas bidang pelayanannya. Kasus bibir sumbing dilempar-lempar karena
belum ada petunjuk yang jelas tentang teknik operasinya, operasi palatum angka
kematiannya tinggi mencapai 50%, dan kasus luka bakar terbengkalai.
Tahun 1975
Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) berangkat ke Groningen
Belanda belajar di Prof. Huffstadt. Disamping belajar di Groningen beliau juga
mengikuti beberapa kursus microsurgery, kongres dan
kursus internasional di Glasgow Scotland. Setelah Prof. Dr. Djohansjah
Marzoeki, dr., SpBP(K) kembali mulailah merintis dan mengembangkan Bedah
Plastik di Surabaya baik untuk dikenal dalam dunia pendidikan di Surabaya
maupun kepada masyarakat awam.
Tahun
1980-an terbentuk seksi-seksi bedah.
Plastik termasuk salah satu di dalamnya disamping orthopedi dan urologi yang
merupakan cikal bakal spesialis baru di Indonesia yang ada di Surabaya.
Pada tahun
1980 terbentuk PERAPI (Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia), lalu dibuat
juga katalog studi yang memuat kurikulum pendidikan. Prof. Dr. Djohansjah
Marzoeki, dr., SpBP(K) menjadi ketua PERAPI selama periode (1986 – 1998).
Di bawah
kepemimpinan beliau, tahun 1990 Program Studi Bedah Plastik disahkan Dirjen Dikti dan mulailah pendidikan spesialis
dengan hanya satu tempat pendidikan di Jakarta, dan PERAPI diakui sebagai
organisasi Spesialis oleh IDI dalam kongresnya di Yogyakarta,
berdampingan dengan organisasi spesialis kedokteran lainnya. Pada tahun 1998, sentrum
pendidikan Bedah Plastik kedua di Indonesia di Surabaya disahkan.
Sumber:
http://www.fk.unair.ac.id/departments/klinik/bedah-plastik.
Selasa, 12 Februari 2013
Tentang Jahitan
Jahitan Luka
Keterangan gambar. A.
Jahitan simpul tunggal, B, Matras vertikal, C. Matras horizontal, D.
Subkutikuler kontinyu, E. Matras horizontal half burried, F. Continous over and
over
1. Jahitan Simpul Tunggal
Nama Lain : Jahitan
Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan
yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik : – Melakukan
penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan
sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum
secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
2. Jahitan
Matras Vertikal
Nama Lain : Vertical
Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit
secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi
luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya
tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
Tujuan dari jahitan ini
adalah untuk menyatukan sebanyak mungkin tepi luka. Jangan digunakan di tepi
yang tegang.
3. Jahitan
matras Horizontal
Nama Lain : Horizontal
Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan
penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar
sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan
yang kuat.
4. Jahitan
Matras Setengah Terbenam
Nama Lain : Half Burried
Mattress Suture, Matras Modifikasi
Modifikasi dari matras
horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.
Dilakukan bila
menginginkan bekas luka di salah satu sisi saja
5. Jahitan
Jelujur sederhana
Nama Lain : Simple running
suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat
sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang
longgar.
6. Jahitan
Jelujur Feston
Nama Lain : Running locked
suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan
mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan
peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
7. Jahitan
Jelujur horizontal
Nama Lain : Running
Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang
diselingi dengan jahitan arah horizontal.
8. Jahitan
Simpul Intrakutan
Nama Lain: Subcutaneus
Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah
intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam kemudian pada
bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
9. Jahitan
Jelujur Subkutikuler
Jahitan jelujur yang dilakukan
dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik. Memakai
benang yang absorbeble. Tidak perlu mengangkat jahitan.
PENGANGKATAN
JAHITAN
Adalah proses pengambilan
benang pada luka. Jangka waktunya berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
· Wajah
atau leher hari ke-5
· Perut
hari ke7-10
· Telapak
tangan 10
· Jari
tangan hari ke 10
· Tungkai
atas hari ke 10
· Tungkai
bawah 10-14
· Dada
hari ke 7
· Punggung
hari ke 10-14
Minggu, 20 Januari 2013
Tentang Luka (Woud)
DEFINISI LUKA
Luka
adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan.
MACAM - MACAM LUKA
1. Luka Terbuka (Vulnus Apertum) :
Bila kulit yang rusak melampaui tebalnya kulit. Dilihat
dari penyebab lukanya dibagi menjadi:
a. Luka tajam : luka karena benda tajam.
- Tepi luka licin
- Tidak terdapat jembatan – jembatan
jaingan
- Tidak ada jaringan nekrose diantaranya
Misal : Luka iris (vulnus scissum) : panjang luka >
dalam luka
Luka tusuk
tajam (v.ictum) : panjang luka < dalam luka
b. Luka
Tumpul : oleh karena benda tumpul.
Misal : Luka tusuk tumpul
Luka tembak (v.sclopetum)
Luka lacerasi (v. Lacerosum)
Luka penetrasi (v.penetratum)
Luka
avulsi (v.avulsum) : terdapat lepasnya sbagian atau seluruh jaringan.
Open
Fracture
Luka gigit
2. Luka
Tertutup
Bila tidak melampaui tebalnya kulit (epidermis dan
dermis). Kulit masih intak.
Macamnya:
a. Excoriasi / abrasi : lecet, luka
merusak superfisial kulit tetapi tidak seluruh tebal kulit.
b. Contusio
(memar)
c. Bulla / blebs / lepuh : epidermis
timbul ruangan berisi cairan
d. Hematoma
: darah mengelompok di suatu tempat yang tadinya tidak ada
e. Sprain : kerusakan (laesi) pada
ligamen atau kapsul sendi
f. Dilokasi : terjadi pada sendi
g. Close
fracture
h. Lacerasi
/ rupture organ interna (yang sering pada liver dan lien)
TIPE PENUTUPAN LUKA
1. Penutupan Luka Primer
· Terjadi jika luka ditutup dalam beberapa jam setelah
trauma
· Ditutup menggunakan jahitan atau cara lain
2. Penutupan Primer Tertunda
· Luka yang terkontaminasi dibiarkan terbuka untuk
mencegah infeksi.
· Penutupan dilakukan setelah mekanisme pertahanan
tubuh berjalan.
· Setelah 3-4 hari, fagositosis dan angiogenesis
terjadi.
· Sel-sel inflamasi muncul untuk membunuh bakteri.
3. Penutupan Luka Sekunder (Spontaneous Healing)
· Luka dibiarkan menutup sendiri oleh proses kontraksi
dan epitelialisasi.
· Myofibroblast berperan dalam proses kontraksi.
4. Penutupan Luka Tersier
· Merupakan luka yang hanya melibatkan lapisan ephitel dan
dermis superfisial.
· Proses penyembuhan hanya epithelialisasi tanpa adanya
kontraksi.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Proses penyembuhan luka pada umumnya terdiri dari 3 fase, yang
secara biologis sebenarnya batasannya tak terlalu jelas, yaitu:
1. Fase
Inflamasi, berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima.
2. Fase
Proliferasi (Fibroplasia), berlangsung dari akhir fase proliferasi sampai
kira-kira akhir minggu ketiga.
3. Fase
Remodeling, dapat berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan
dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap.
Fase
Inflamasi
Bertujuan
menghilangkan mikroorganisme yang masuk dalam luka, benda-benda asing ataupun
jaringan mati.
Terdiri dari 3
komponen, yaitu :
1. Komponen
vaskuler
· Segera
setelah terjadi luka terjadi vasokonstriksi transisional pada pembuluh darah
selama 5 - 10 menit. Sesudah itu terjadi vasodilatasi, penambahan aliran darah,
peningkatan permeabilitas vena.
· Plasma
yang mengandung elektrolit dan molekul-molekul besar keluar dari vaskuler dan
masuk ke rongga luka ð Oedem
· Perubahan-perubahan
ini terjadi atas pengaruh substansi yang dilepaskan di daerah luka yaitu
histamin, dan serotonin.
2. Komponen
hemostatika
· Bersamaan
dengan vasokonstriksi terjadi juga pengerutan ujung pembuluh darah yang putus
(retraksi) dan lumennya tertutup.
· Terbentuk
fibrin yang berisi trombosit, eritrosit dan leukosit.
· Hemostasis
terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan
bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari
pembuluh darah dan pembuluh limfe.
· Obstruksi
pembuluh limfe mencegah penyebaran cairan dari daerah luka, sehingga reaksi
inflamasi terlokalisir.
· Pada
infeksi streptokokus terjadi fibrinolisis sehingga infeksi dan reaksi inflamasi
cepat meluas ke bagian tubuh lain.
8. Komponen
seluler
· Respon
seluler terjadi mulai 12 - 16 jam sesudah leukosit meninggalkan pembuluh darah.
· Leukosit
meninggalkan pembuluh darah dengan jalan diapedesis, bergerak aktif ke daerah
luka karena daya kemotaktif.
· Leukosit
menghasilkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka.
· Pada awal
proses, PMN > MN, tetapi karena umur PMN lebih pendek, maka pada akhir fase
inflamasi MN lebih banyak.
· Jika PMN mati,
enzim-enzim intrasel dan debrisnya dilepaskan ke dalam luka menjadi eksudat
atau pus.
Fase inflamasi ini
disebut juga fase lambat, karena reaksi pembentukan kolagen masih sedikit dan
luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
Fase
Proliferasi (Fibroplasia)
Terdiri dari 3
komponen pula, yaitu :
1. Komponen
epitelisasi
· Terjadi
migrasi dan proliferasi sel-sel epitel yang berasal dari tepi luka serta
appendices kulit yang terkena trauma, bermigrasi ke jurusan luka,
berproliferasi secara mitosis dan berdiferensiasi menjadi sel-sel epitel dewasa.
· Proses
ini berlangsung dalam 24-48 jam setelah perlukaan.
· Sel-sel
itu bermigrasi membentuk diri sebagai lapisan tipis dan melekat pada substrat
yang ada pada luka, lalu bermigrasi di atas substrat itu dengan arah ke pusat
luka.
· Migrasi
terjadi dengan kontak langsung dan berhenti jika terjadi kontak langsung dengan
epitel lain sejenis, kemudian arah gerakannya berubah ke arah lain selama masih
ada daerah luka yang belum tertutup sel epitel, hingga bersentuhan lagi dengan
sel epitel lain, dan seterusnya.
· Bersamaan
dengan migrasi sel-sel luka, sel-sel basal yang tidak terlepas dari membrana
basalis, demikian juga dengan sel-sel epitel dari appendices kulit yang terluka
mulai bermitosis dan menggantikan sel-sel yang bermigrasi tadi. Kalau seluruh
permukaan luka sudah tertutup epitel, sel-sel yang bermigrasi tadi mulai
bermitosis sendiri dan mempertebal lapisal epitelial.
2. Komponen
Kontraksi Luka
· Tujuan
utama adalah penutupan luka atau memperkecil permukaan luka. Proses terjadinya
kontrasi luka ini berhubungan erat dengan proses fibroplastik.
· Pada tepi
luka, fibroblas yang berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,
menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin. Bahan-bahan tadi
membentuk serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka.
· Pada fase
ini kolagen serat dibentuk dan secara periodik diserap. Dengan cara ini kulit
dan jaringan di bawah kulit ditarik ke arah pusat luka. Sifat ini, bersama
sifat kontraktil miofibroblas, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir
fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal.
· Kontraksi
luka dipercepat prosesnya dengan perawatan luka secara terbuka, dan akan
dihambat oleh setiap jenis pembalut. Demikian pula skin grafting menghambat
kontraksi luka, bahkan full thickness graft menghentikan sama sekali. Kortison
juga menghentikan proses kontraksi luka.
3. Reparasi
Jaringan Ikat
· Pada fase
ini biasanya defek jaringan pada permukaan sudah ditutupi oleh sel-sel epitel,
sedang pada bagian yang lebih dalam fibroblast mulai bermigrasi ke dalam luka
untuk mengawali sintesis jaringan parut, kolagen primer, polisakarida dan
protein.
· Luka
dipenuhi oleh sel radang, fibroblast, dan kolagen membentuk jaringan berwarna
kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan
granulasi, yang ditandai oleh meningkatnya vaskularisasi di daerah ini karena
dimulainya angiogenesis (pembentukan kapiler-kapiler darah).
Fase Remodeling
· Fase ini
dimulai pada hari ke-21, sesudah jaringan parut selesai dibentuk.
· Pada fase ini
terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan jaringan yang berlebih,
pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan
yang baru terbentuk.
· Tubuh berusaha
menormalkan kembali semua proses abnormal karena proses penyembuhan. Oedem dan
sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kolagen yang berlebih diserap dan
sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada.
· Selama proses
ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas serta mudah digerakkan
dari dasar.
· Pada akhir
fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan
kulit normal.
· Makin sedikit
jaringan parut yang terbentuk, makin cepat jaringan tersebut mendekati
kekuatannya semula.
· Proses
remodeling ini terjadi proses spontan dan berlangsung berbulan-bulan bahkan
sampai bertahun-tahun.
Langganan:
Postingan (Atom)