Minggu, 20 Januari 2013

Tentang Luka (Woud)

DEFINISI LUKA
          Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan.

MACAM - MACAM LUKA
1.    Luka Terbuka (Vulnus Apertum) :
Bila kulit yang rusak melampaui tebalnya kulit. Dilihat dari penyebab lukanya dibagi menjadi:
a.     Luka tajam : luka karena benda tajam.
-        Tepi luka licin
-        Tidak terdapat jembatan – jembatan jaingan
-        Tidak ada jaringan nekrose diantaranya
Misal : Luka iris (vulnus scissum) : panjang luka > dalam luka
                                    Luka tusuk tajam (v.ictum) : panjang luka < dalam luka
b.    Luka Tumpul : oleh karena benda tumpul.
Misal : Luka tusuk tumpul
            Luka tembak (v.sclopetum)
            Luka lacerasi (v. Lacerosum)
            Luka penetrasi (v.penetratum)
Luka avulsi (v.avulsum) : terdapat lepasnya sbagian atau seluruh jaringan.
                      Open Fracture
 Luka gigit
2.    Luka Tertutup
Bila tidak melampaui tebalnya kulit (epidermis dan dermis). Kulit masih intak.
Macamnya:
a.     Excoriasi / abrasi : lecet, luka merusak superfisial kulit tetapi tidak seluruh tebal kulit.
b.    Contusio (memar)
c.     Bulla / blebs / lepuh : epidermis timbul ruangan berisi cairan
d.    Hematoma : darah mengelompok di suatu tempat yang tadinya tidak ada
e.     Sprain : kerusakan (laesi) pada ligamen atau kapsul sendi
f.      Dilokasi : terjadi pada sendi
g.    Close fracture
h.    Lacerasi / rupture organ interna (yang sering pada liver dan lien)

TIPE PENUTUPAN LUKA
1.   Penutupan Luka Primer
·   Terjadi jika luka ditutup dalam beberapa jam setelah trauma
·   Ditutup menggunakan jahitan atau cara lain

2.   Penutupan Primer Tertunda
·   Luka yang terkontaminasi dibiarkan terbuka untuk mencegah infeksi.
·   Penutupan dilakukan setelah mekanisme pertahanan tubuh berjalan.
·   Setelah 3-4 hari, fagositosis dan angiogenesis terjadi.
·   Sel-sel inflamasi muncul untuk membunuh bakteri.

3.   Penutupan Luka Sekunder (Spontaneous Healing)
·   Luka dibiarkan menutup sendiri oleh proses kontraksi dan epitelialisasi.
·   Myofibroblast berperan dalam proses kontraksi.

4.   Penutupan Luka Tersier
·  Merupakan luka yang hanya melibatkan lapisan ephitel dan dermis superfisial.
·  Proses penyembuhan hanya epithelialisasi tanpa adanya kontraksi.



PROSES PENYEMBUHAN LUKA

        
 Proses penyembuhan luka pada umumnya terdiri dari 3 fase, yang secara biologis sebenarnya batasannya tak terlalu jelas, yaitu:
1.   Fase Inflamasi, berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima.
2.   Fase Proliferasi (Fibroplasia), berlangsung dari akhir fase proliferasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga.
3.   Fase Remodeling, dapat berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap.



Fase Inflamasi
Bertujuan menghilangkan mikroorganisme yang masuk dalam luka, benda-benda asing ataupun jaringan mati.

Terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1.   Komponen vaskuler
·  Segera setelah terjadi luka terjadi vasokonstriksi transisional pada pembuluh darah selama 5 - 10 menit. Sesudah itu terjadi vasodilatasi, penambahan aliran darah, peningkatan permeabilitas vena.
·  Plasma yang mengandung elektrolit dan molekul-molekul besar keluar dari vaskuler dan masuk ke rongga luka ð Oedem
·  Perubahan-perubahan ini terjadi atas pengaruh substansi yang dilepaskan di daerah luka yaitu histamin, dan serotonin.

2.   Komponen hemostatika
·  Bersamaan dengan vasokonstriksi terjadi juga pengerutan ujung pembuluh darah yang putus (retraksi) dan lumennya tertutup.
·  Terbentuk fibrin yang berisi trombosit, eritrosit dan leukosit.
·  Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah dan pembuluh limfe.
·  Obstruksi pembuluh limfe mencegah penyebaran cairan dari daerah luka, sehingga reaksi inflamasi terlokalisir.
·  Pada infeksi streptokokus terjadi fibrinolisis sehingga infeksi dan reaksi inflamasi cepat meluas ke bagian tubuh lain.
8.   Komponen seluler
·  Respon seluler terjadi mulai 12 - 16 jam sesudah leukosit meninggalkan pembuluh darah.
·  Leukosit meninggalkan pembuluh darah dengan jalan diapedesis, bergerak aktif ke daerah luka karena daya kemotaktif.
·  Leukosit menghasilkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka.
· Pada awal proses, PMN > MN, tetapi karena umur PMN lebih pendek, maka pada akhir fase inflamasi MN lebih banyak.
· Jika PMN mati, enzim-enzim intrasel dan debrisnya dilepaskan ke dalam luka menjadi eksudat atau pus.

Fase inflamasi ini disebut juga fase lambat, karena reaksi pembentukan kolagen masih sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.


Fase Proliferasi (Fibroplasia)
Terdiri dari 3 komponen pula, yaitu :
1.      Komponen epitelisasi
·  Terjadi migrasi dan proliferasi sel-sel epitel yang berasal dari tepi luka serta appendices kulit yang terkena trauma, bermigrasi ke jurusan luka, berproliferasi secara mitosis dan berdiferensiasi menjadi sel-sel epitel dewasa.
·  Proses ini berlangsung dalam 24-48 jam setelah perlukaan.
·  Sel-sel itu bermigrasi membentuk diri sebagai lapisan tipis dan melekat pada substrat yang ada pada luka, lalu bermigrasi di atas substrat itu dengan arah ke pusat luka.
·  Migrasi terjadi dengan kontak langsung dan berhenti jika terjadi kontak langsung dengan epitel lain sejenis, kemudian arah gerakannya berubah ke arah lain selama masih ada daerah luka yang belum tertutup sel epitel, hingga bersentuhan lagi dengan sel epitel lain, dan seterusnya.
·  Bersamaan dengan migrasi sel-sel luka, sel-sel basal yang tidak terlepas dari membrana basalis, demikian juga dengan sel-sel epitel dari appendices kulit yang terluka mulai bermitosis dan menggantikan sel-sel yang bermigrasi tadi. Kalau seluruh permukaan luka sudah tertutup epitel, sel-sel yang bermigrasi tadi mulai bermitosis sendiri dan mempertebal lapisal epitelial.
2.      Komponen Kontraksi Luka
·  Tujuan utama adalah penutupan luka atau memperkecil permukaan luka. Proses terjadinya kontrasi luka ini berhubungan erat dengan proses fibroplastik.
·  Pada tepi luka, fibroblas yang berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin. Bahan-bahan tadi membentuk serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka.
·  Pada fase ini kolagen serat dibentuk dan secara periodik diserap. Dengan cara ini kulit dan jaringan di bawah kulit ditarik ke arah pusat luka. Sifat ini, bersama sifat kontraktil miofibroblas, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal.
·  Kontraksi luka dipercepat prosesnya dengan perawatan luka secara terbuka, dan akan dihambat oleh setiap jenis pembalut. Demikian pula skin grafting menghambat kontraksi luka, bahkan full thickness graft menghentikan sama sekali. Kortison juga menghentikan proses kontraksi luka.
3.      Reparasi Jaringan Ikat
·  Pada fase ini biasanya defek jaringan pada permukaan sudah ditutupi oleh sel-sel epitel, sedang pada bagian yang lebih dalam fibroblast mulai bermigrasi ke dalam luka untuk mengawali sintesis jaringan parut, kolagen primer, polisakarida dan protein.
·  Luka dipenuhi oleh sel radang, fibroblast, dan kolagen membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi, yang ditandai oleh meningkatnya vaskularisasi di daerah ini karena dimulainya angiogenesis (pembentukan kapiler-kapiler darah).

Fase Remodeling
·  Fase ini dimulai pada hari ke-21, sesudah jaringan parut selesai dibentuk.
·  Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk.
·  Tubuh berusaha menormalkan kembali semua proses abnormal karena proses penyembuhan. Oedem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada.
·  Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas serta mudah digerakkan dari dasar.
·  Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal.

·  Makin sedikit jaringan parut yang terbentuk, makin cepat jaringan tersebut mendekati kekuatannya semula.
·  Proses remodeling ini terjadi proses spontan dan berlangsung berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar